Sunday, 18 September 2011

Gallery Mobil Modifikasi

piyu1
Gitaris dari grup band asal Yogyakarta, Piyu terpilih sebagai pemilik tunggal Mercedes Benz C 250 CGI yang bermotifkan batik dalam lelang yang dilakukan Mercy beberapa waktu lalu. Motif batik ini sendiri memang sengaja dihadirkan Mercedes Benz Indonesia sebagai apresiasi terhadap kekayaan budaya Indonesia khususnya dalam seni batik.  


Menurut Piyu yang mengajukan harga tertinggi yaitu Rp 1 miliar, merasa bangga karena sebagai pengguna mobil kelas premium ini dapat memiliki satu-satunya mobil yang bercorak batik.  ”Awalnya saya kagum, kok ada mobil Mercy yang diberikan corak batik. Apalagi dari dulu saya pengguna sejati Mercy, rasanya klop bisa mendapatkan Mercy dengan motif batik ini,” imbuh Piyu, disela-sela serah terima sebagai pengaju lelang tertinggi di Kantor Mercedes Benz Jakarta, Rabu (17/2).

Karena merasa takjub dengan corak yang diberikan di seluruh bodi Mercedes C 250 CGI ini, Piyu merasa sayang bila digunakan untuk keseharian. Mungkin mobilnya ini akan disimpannya dan tak akan dijualnya lagi sebagai kenang-kenangan sebagi pemilik Mercy Batik.
piyu2
Sementara itu, Rudi Borgenheimer Presiden Direktur PT.Mercedes Benz Indonesia mengungkapkan, dalam rangka memperingati 40 tahun keberadaan Mercedes Benz di Indonesia  mengangkat budaya batik melalui sebuah karya batik yang dilukis pada kendaraan Mercedes Benz C 250 CGI. ”Adapun versi batik ini dirancang oleh perancang busana ternama di Indonesia yaitu Carmanita yang kami tunjuk sebagi Brand Mercedes untuk industri batik,” ungkap Rudi.

Menurut Rudi, sebagian dari hasil lelang ini akan disumbangkan kepada beberapa lembaga sosial yang ada di Jakarta. Apalagi, untuk harga resmi Mercedes C 250 CGI hanya sekitar Rp 650 juta. “Sedangkan dari Mercedes internasional sendiri, juga sudah menyumbangkan dana sebesar 2,4 juta Euro untuk membantu industri batik di Indonesia.

"Apalagi saat ini budaya batik menjadi kekayaan budaya Indonesia yang sangat terkenal hingga ke dunia internasional yang kemudian ditetapkan sebagai warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi oleh Unesco tanggal 2 Oktober 2009 lalu,” tambah Rudi.
(ibd)


0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More